Jaket berbahan parasut
yang melekat di tubuh saya tidak mampu untuk menahan dinginnya udara malam yang
makin menusuk, tangan kanan saya tak henti-hentinya memutar gas motor, sambil
sesekali tangan saya yang satunya menekan pedal rem ketika tikungan tajam di
kegelapan malam harus kita hadapi.
Jalan yang berkelok-kelok
serta terus menanjak dan kadang-kadang berkabut memang membutuhkan kepawaian
untuk menghadapinya, namun sayang motor yang saya bawa kali ini bukan trail
yang biasa saya pakai sehari-hari. Di suatu
tanjakan yang terjal tiba-tiba dari bagian belakang motor tercium bau hangus
seperti ban yang terbakar, rpm yang tinggi tak mampu untuk sekedar memutar ban
belakang, tampak asap mengepul dari mesin kecil yang dimiliki motor dangan transmisi
otomatis ini.
Lautan Pasir |
Di malam gelap dan berada di tempat yang tak saya kenal, ditambah
dengan malam yang makin dingin membuat saya khawatir seandainya motor mogok.
Untungnya setelah dimatikan beberapa saat motor perlahan-lahan mulai mendaki,
walau penumpangnya mengikuti di samping sambil berjalan kaki.
Setelah bertanya sana-sini
akhirnya tiba juga kita di Hotel Cafe Larva yang berada tak jauh dari pintu
masuk Taman Nasional Gunung Bromo. Namun ternyata kata-kata "Maaf mas,
udah penuh kamarnya" yang harus kita dengar. Kecewa? tentu saja..tapi tak
ada yang bisa disalahkan karena memang saya tidak membooking kamar sebelumnya.
Desa di sekitar Bromo |
Calo yang sejak kedangan
kami mengikuti akhirnya melihat peluangnya makin besar, tapi toh tak
ada salahnya juga untuk melihat kamar yang dia tawarkan, kalau memang tidak
cocok kan bisa cari yang lain lagi, masih banyak homestay dan hotel lain yang
bertebaran di sekitar Gunung Bromo.
Kamarnya cukup nyaman,
fasilitasnya lengkap dengan kamar mandi
yang mempunyai hot and cool shower. Setelah harga deal saya masuk ke dalam
kamar yang semua benda ada di dalamnya terasa dingin itu, dari lantai keramik
sampai selimut yang seharusnya berfungsi sebagai penghangat tetap saja terasa
dingin. Untungnya kran air hangat yang ada bisa membuat dingin yang menusuk
tulang agak berkurang, walau efeknya hanya sementara.
Ayo naik aku kak :-D |
Sunrise dari
Penanjakan
Alarm di hp membangunkan
saya, perlahan motor melaju pelan ke arah bukit penanjakan untuk menuju titik
di mana kita bisa menikmati pemandangan terindah yang sering diabadikan dalam
foto-foto tentang gunung Bromo. Walau tidak mengetahui tepatnya tempat yang
akan dituju, namun semua orang tampaknya menuju satu arah, yaitu menanjak dan
terus menanjak, itu yang terus kita ikuti.
Setelah perjalanan tidak
bisa lagi ditempuh dengan sepeda motor, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan
kaki, bagi yang tidak kuat untuk menanjak bisa menggunakan jasa ojek kuda yang
di tawarkan oleh penduduk setempat. Setelah melalui tanjakan berdebu ternyata
perjalanan masih belum usai, ada puluhan atau mungkin ratusan anak tangga yang
telah menunggu untuk ditapaki, entahlah, saya terlalu lelah untuk menghitung.
Naik-naik ke Penanjakan |
Matahari masih tertutup
kabut ketika berhenti di sebuah tempat dimana kita bisa memandang gunung Bromo, walaupun sebenarnya spot terbaik yang disebut
penanjakan masih berada di atas kita.
Perlahan-lahan kabut mulai
berkurang, Sang fajar di ufuk timur menampakan sinarnya dengan malu-malu,
menebar kehangatan kepada manusia-manusia yang rela berlelah-lelah mendaki
hanya untuk menikmati keindahannya yang hanya bisa disaksikan ketika sebagian
orang masih meringkuk dalam kehangatan selimut.
Bromo di pagi hari |
Sayapun menebar pandangan,
di sebelah kiri diantara halimun yang mulai tertiup angin tampak rumah-rumah
penduduk suku Tengger serta perkebunan tempat mereka menggantungkan hidup,
bergeser agak ke kanan sedikit, diantara debu yang berterbangan terlihat jeep
dan motor menyeberangi padang pasir untuk menuju ke kawah Bromo, di belakang
gunung batok yang sering dikira gunung Bromo, menganga kawah Bromo
yang 2 tahun lalu memuntahkan awan panas sehingga membuat kawahnya semakin
membesar, dan nan jauh disana puncak tertinggi di tanah jawa yang dulu gagal
untuk saya gapai, Mahameru.
Matahari semakin meninggi |
Kawah Bromo
Biasanya setelah selesai
menyaksikan Sunrise di penanjakan, wisatawan langsung turun ke kawah Bromo
bersama dengan jeep yang mereka sewa, karena semua berfikiran sama, makanya
ketika tiba di sana harus siap-siap makan debu dan mengantri untuk naik tangga
menuju kawah Bromo. Nah, bagi yang lebih suka suasana sepi dan tenang lebih
baik turun ke kawah Bromo di siang atau sore hari seperti yang saya lakukan.
Jalur neraka buat motor |
Matahari sudah agak
condong ke barat ketika kita turun menuju lautan pasir, ban depan terseok-seok
ketika mulai melaju, kejelian untuk memilih jalur yang agak keras di butuhkan
agar motor tidak terjebak di atas pasir.
Seelah memarkirkan motor
di parkiran yang sepi kami langsung menanjak menuju kawah Bromo. Debu-debu
berterbangan mengiringi langkah kaki kami, tak dapat saya bayangkan bagaimana
banyaknya debu yang berhamburan ketika ada ratusan kaki yang turun dan naik
melalui jalur ini.
Trek ke puncak kawah Bromo |
Ada 250 anak tangga yang
harus dilalui untuk dapat sampai ke kawah, ketika sedang beristirahat mengambil
nafas di tengah-tengah ada serombongan orang yang turun, " Ayo mas dikit
lagi, mumpung awannya sedang berbelu" sapa salah seorang dari mereka.
" Iya mas" jawab
saya sambil terus memikirkan apa arti dari kata "Berbelu" yang
merupakan vocabolary baru bagi saya, bertanya dengan travelmate di samping, dia
juga tidak tau apa artinya. Sambil terus memperbincangkan kosa kata baru tersebut
kita kembali melanjutkan perjalanan.
Pura di kaki gunung |
Bau belerang menyambut
kedatangan kita ketika telah menginjakan kaki di anak tangga yang terakhir.
Hanya kita wisatawan yang ada di atas, oh ya juga ada dua orang, pedagang
asongan dan penjual bunga edelwies yang sedang nongkrong dengan dagangannya di
sana.
Akhirnya saya mendapatkan
jawaban dari maksud berbelu oleh orang tadi, dari dasar kawa yang berdiameter
60 meter ini sesekali mengeluarkan asap putih yang tampak bergulung-gulung
sambil menebarkan bau belerang yang cukup menyengat.
Kawah Gunung Bromo |
Sejak meletus 2010 lalu
kawah Bromo semakin melebar, berjalan di bibirnya yang curam merupakan salah
satu tantantangan yang cukup memompa anrenalin, terpeleset sedikit saja maka jurang
yang menganga menanti.
Awan hitam tampak mendekat
perlahan-lahan dari arah timur, para
pencari nafkah di sekitar kawah Bromo segera menyumpulkan dagangannya,
titik-titik air mulai jatuh satu persatu membasahi bumi. Sayapun segera memacu
sepeda motor diatas pasir yang gembur
untuk menghindari terjebak hujan badai di lautan pasir dan segera kembali ke
Homestay. Benar saja, ketika baru akan memarkirkan motor hujan turun dengan
derasnya.
Duh, kasian bunganya :-( |
Bukit Teletubies dan Pasir Berbisik
Masih ada spot lain yang
wajib untuk dikunjungi di kawasan Gunung Bromo ini, kedua nama lokasi ini
sama-sama terinsfirasi dari sebuah film, yaitu Pasir Berbisik dan Bukit
Teletubies.
Salah satu keuntungan
menuju tempat ini di pagi hari adalah pasir bromo masih keras, tidak seperti di
sore hari ketika saya turun ke Kawah Bromo kemaren. Mungkin tadi malam pasirnya
bergadang dan tidur tanpa menggunakan selimut sehingga jadi membeku.
Dengarkan bisikan pasirnya |
Tujuan kita yang pertama
adalah Bukit Telebubies, tidak perlu saya jelaskan lagi tentang film yang
menceritakan persahabatan 4 orang boneka yang mempunyai televisi di perutnya
ini, semua pasti sudah kenal. Nah, bentuk perbukitan yang menghijau seperti
setting di tontonan favorit anak-anak inilah yang membuat orang-orang menamakan
tempat ini dengan bukit Teletubies.
Landskap TNBTS ini memang
menyejukan mata untuk dipandang bagi mata yang terlalu lelah karena setiap
harinya menatap layar monitor. Warna hijau rerumputan menggoda saya untuk
berguling-guling melepaskan semua beban fikiran yang ada, sungguh suatu tempat
yang pas buat para pekerja untuk santai sejenak, melupakan deretan angka sembari
menikmati semilir angin yang bertiup lembut.
Bukit Teletubies |
Selanjutnya kita kembali
untuk singgah di destinasi yang kedua, semula saya juga penasaran dengan tempat
ini sehingga banyak dikunjungi orang, belum ada sama sekali bayangan dalam
benak saya bagaimana bentuk keindahan tempat yang dijadikan syuting film in,
jujur saja saya belum pernah menonton film lawas dengan judul Pasir Berbisik
tersebut.
Ada apakah disana?
Ternyata hanya ada beberapa onggok batu dan pasir yang juga sama seperti pasir
di bagian lainnya, berwarna kelabu dan cendrung monoton. Namun apa yang membuat tempat ini istimewa?
Tentu saja karena tempat ini dijadikan sebagai lokasi syuting film yang
dibintangi oleh Dian Sastro tersebut. Sejak itulah tempat ini menjadi terkenal.
Padang Savana |
Itulah salah satu
keuntungan dengan dijadikannya suatu tempat sebagai lokasi syuting film layar
lebar, semakin terkenal film itu maka semakin terkenal lokasinya. Seperti
baru-baru ini, masih dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini,
film 5 cm yang menceritakan tentang persahabatan dengan latar keindahan Gunung
Semeru ini mampu untuk membuat banyak orang ingin menjejakan kaki di atas
tanah tertinggi di Pulau Jawa tersebut.
Lokasi pasir berbisik |
Jam masih menujukan pukul
9 pagi, namun kami segera kembali menuju Homestay untuk bersiap-siap
meninggalkan salah satu tempat wisata yang terkenal Indonesia di luar Bali ini. Masih ada
destinasi lain di perjalanan yang tak kalah indahnya untuk disinggahi, yaitu
Air Terjun Madakaripura, yang konon dijadikan tempat bersemedi oleh Patih Gajah
Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya.
saya sudah pernah ke bromo dua kali. yang pertama tersesat di padang pasir sekitar pura, karena ingin segera liat matahari terbit. ya, waktu itu masih mahasiswa, tidak sedia dana untuk menginap. saat tersesat, ya, tidur sekalian di padang pasir itu :)
BalasHapusmasih penasaran sama pasir berbisik dan bukit teletubies
waduh..gimana dingin y tuh tidur di pasir? yang di kamar aja dingin y setengah mati..hehe
Hapusternyata di bromo ada juga bukit teletubies ya..foto-fotonya sungguh mempesona mata, aku jadi kepingin juga menginjakkan kaki ku di gunung bromo......salam dari Makassar :-)
BalasHapusSalam,...iya bang wajib banget ke salah stu icon wisata indonesia ini...:-)
Hapusaihhh abis baca posting ini jadi kangen bromo ;)
BalasHapusayo kak dingin-dinginan lagi...:-)
HapusLanjutkan , baaaanggg \m/
BalasHapusMakasiih udah mampir :-)
HapusSumpah jadi kangen bromo liat foto + tulisan nya. Btw aku suka banget foto kuda nya :)
BalasHapusKlo balik lagi disarankan jangan pake celana pendek :-)
HapusBeeuuuhhh... liat foto2 agan jd ingin touring Tangerang-Malang mampir ke bromo cuma punya waktu 1 jam doang, karena sampe sana sudah sore jd nikmatin matahari tenggelamnya cuma sebentaarr...
BalasHapusrasanya pengen kaki ini bermain pasir lagi... hihihiii... joss gan pemandangannya..
salam kenal..
berkunjung kembali yaa...
Bromo emang selalu bikin kangen om..salam kenal juga..:-)
HapusNice post, kak Indra! Apalagi foto-fotonya, juwara! ^^
BalasHapusThanks kak Badai...biasa aja itu kak..ngambil y cuma pake camera pocket..
HapusSaya orang Jawa Timur, tapi belum pernah ke Bromo :'(
BalasHapus*cakar meja*
hehe..masa saya yang dari jauh udah duluan ke sana...* cakar adie*
HapusGubrak, maklum si cak riyanto ini anak buangan hahaha,,,
Hapusah kangen bromoooooooooo :))
hahha....
HapusSalam kenal om...
BalasHapusSaya rencana kesana tanggal 28 Sept 2013 ini, mungkin barangkali ada yang mau barengan?
Salam kenal juga om..cek di trit sebelah ya..banyak yg cari barengan juga http://www.backpackerborneo.com/2013/01/tips-backpacking-ke-gunung-bromo.html
HapusBromo selalu bikin kangen.. Aku udah 4 kali ke Bromo. Pertama naik angkutan umum, jalan kaki melintasi lautan pasir. Yang kedua naik sepeda motor, sepeda motor sampe megal-megol jalan di lautan pasir. Yang ketiga dan keempat naik mobil. Tapi tetep aja, sensasi dan ceritanya gak pernah sama...
BalasHapusBener banget..walau tempatnya sama pasti ceritanya beda..
Hapusbromo....am comingggg
BalasHapusJangan lupa bawa penghangat :-)
Hapusmas, invite q ya, ada beberapa hal yag ingin sya tanyakan tentang backpacker ke bromo, dan bgi yang lainnya jg invite ya, sya btuh informasi ni, terima kasih sblumnya . PIN:22B02F49
BalasHapusmas, invite q ya, ada beberapa hal yag ingin sya tanyakan tentang backpacker ke bromo, dan bgi yang lainnya jg invite ya, sya btuh informasi ni, terima kasih sblumnya . PIN:22B02F49
BalasHapusmantapppp habisss..............
BalasHapusVisit us on www.jogjavacationtour.com to get information about bromo tour
BalasHapusWahh keren banget yahh gan aku pengin kesiyu kalo nda bisa kesitu ya kemana ke pengin lebih tenang aja fikiran ku :)
BalasHapus