Libur telah tiba..
Libur telah tiba..
Horee...hatiku gembila...
Lagu yang dinyanyikan Tasya tersebut biasanya akan kembali terdengar ketika liburan sekolah telah tiba, stasiun televisi berlomba untuk menambah program seperti film kartun dan film yang bertema anak-anak. Anak sekolah yang biasanya harus bangun pagi kini bisa berleha-leha diatas kasur, bermain Playstation tanpa memikirkan PR yang belum dikerjakan, menikmati cemilan sambil menonton program tv kesukaan mereka.
Namun bagaimana dengan anak-anak di pedesaan?
Jangankan untuk mempunyai Tablet atau bermain dengan Playstation seperti anak kota, menonton tv saja mereka tidak bisa karena listriknya hanya ada di malam hari, itupun terbatas sampai jam 10 malam.
Walaupun tanpa barang elektronik bukan berarti mereka tidak tidak bisa menikmati liburannya, alam menjadi taman bermain yang mengasyikan, kreatifitas mereka semakin terasah, mereka membuat mainannya sendiri tanpa harus merengek meminta uang kepada orang tua mereka.
Saya masih ingat ketika dulu masih tinggal di desa (sampai sekarang sih sebenarnya), ban sepeda bekas bisa menjadi mainan yang membuat lupa waktu, hanya dengan bermodalkan tongkat kayu untuk mengelindingkannya kita berlarian, berlomba untuk menjadi yang tercepat, atau ketika membuat mobil-mobilan dari botol bekas. Perang-perangan dengan senjata yang terbuat dari bambu dan berpeluru kertas basah. Ah, masa-masa yang membuat saya ingin kembali jadi anak-anak, tanpa beban.
Anak-anak pantaipun tak kalah kreatifnya, dengan menggunakan kawat bekar jari-jari sepeda dan karet gelang mereka sudah bisa menangkap ikan sendiri di pantai. Tak perlu keahlian khusus tampaknya, kawat yang sudah diruncingkan ujungnya tersebut dikaitkan ke karet gelang yang direntangkan diantara ibu dari dan kelingking sehingga membetuk seperti busur panah.
Dan desss...kawat itu meluncur seperti anak panah ke arah gelombolan ikan yang berenang di dalam jernihnya air laut, seekor ikan tampak menggeliat, besi kecil runcing telah menancap di badannya, anak-anak langsunng berlarian untuk menangkap ikannya sebelum ia terlepas lagi.
“Hati-hati om...jangan sampai kena kaki”, Bilang seorang anak ketika saya mencoba untuk menggunakan panah-panahan tersebut. Duh, dipanggil om lagi..
Di dekat sebuah dermaga di Pulau Maratua mereka bermain-main, tak perduli dengan sengatan matahari yang semakin terik, mereka berteriak kegirangan ketika anak panahnya mengenai ikan. Mereeka yang awalnya malu-malu namun seiring keakraban kita yang semakin terjalin mereka malah berebut untuk jadi objek camera saya.
Namun pertemuan saya dengan anak-anak ini terlalu singkat, Pulau Kakaban dan Pulau Sangalaki masih menunggu untuk dijelajahi. Sampai berjumpa kembali bro.... J
Happy Responsible Travel!
Foto-fotonya asik,, apalagi langit birunya :3 kapan bisa kesini ya.. :')
BalasHapusAyuk balik lagi :-D
Hapuswaktu aku ke Lombok, anak pantainya gag ramah. tapi dalam tulisan ini beda ya, anak pantainya ramah2 :)
BalasHapusIyu lah klo mereka udah kena dampak komersialisasi wisata
HapusLucu nya anak2 ini, btw jd kangen mantai di temani langit yg biru begini :)
BalasHapusTapi siap2 gosong :-)
HapusKeindahan alam dan Keramahan warga lokal itu sesuatu yang sesuatu banget, :)
BalasHapusIya bener banget..jadi serasa d rumah sendiri..
Hapuspantai bersih beud, pengen kesana tapi belum kesampaian :(
BalasHapusayo diwujutin..pantai y keren2..
HapusWahh.. Langitnya biru banget yak.
BalasHapusKapan ya bisa ngajak travel blogger ke Bawean, biar bisa lebih banyak artikel Bawean T___T
Ayo undang kita2 ke sana.. :-D
HapusBrebes mili baca ini...
BalasHapusLangsung googling arti brebes mili :-)
HapusKebahagiaan bagi anak-anak seperti mereka kadang lebih sederhana, tak perlu mall, mainan mahal dan lain-lain...jadi ingat dulu, harus kreatif jika ingin punya mainan dan pandai berimajinasi serta berinteraksi sosial ketika bermain dengan teman-teman...
BalasHapusKangen dengan masa-masa itu..makanya kadang suka liat si bolang di tv...nostalgia..
HapusAku jadi ingat anak2 di pulau Sebesi, di sekitaran gunung Krakatau di Selat Sunda. Disana juga listrik terbatas, cuma dr jam 6 sore sampai jam 12 malam. Aku sempat berkunjung ke sekolah SD. Disana bermain dan bercerita bersama anak2.
BalasHapusTraveling, kalau kita mau buka mata buka hati, seharusnya kita bisa menjadi pribadi yg lebih bijak... makasih sharingnya ya Backpacker Borneo
Bener banget...itulah makna sebenarnya dari jalan-jalan, bukan cuma senang-senang tapi juga belajar...
HapusWah, pengin bgt k sana, mas backpacker borneo, punya kotak travel yg terpecaya gak bwt liburan dsana? Mksh...
BalasHapusCoba kontak teman saya Adit (081952997047) di Banjarmasin..dia biasa arrange trip ke sana..
Hapusfakkk fakkk
BalasHapusbikin ngiri terus si abang, nabung dulu akh
@nagaboker
hahaha...nabung y sejuya sehari biar cepat..
Hapus1 juta sehari buset, orkay tuh.
BalasHapusmending gni bang, panasin indonesia malaysia, nah kalo udah panas, pasti byk alutsista di perbatasan, semodel helikopter.
nah itu dia, ane mau nebeng ke kalimantan pake heli, dri sumedang ke bandung dulu(ajak bang adis si empu WTVR BCPR)
cerdas kan muahahahahahahaha
@nagaboker
Wahahaha...ide bagus tuh..tapi kalau di rudal si M pulau y jadi hancur donk..
HapusFoto anak-anak itu emang selalu bagus ya :')
BalasHapusiys kak..untungnya mereka suka difoto dan gak suka malak kaya di Pampang..haha
HapusHow do I find this page in english please?
BalasHapusI want to visit Indonesia and meet the beautiful people. Please help me?
BalasHapus