Bagi para backpacker yang sering jalan-jalan
sendirian seperti saya, bergaul dengan warga lokal wajib hukumnya. Dengan
bergaul dengan mereka kita akan mendapatkan sesuatu yang tidak dirasakan oleh
orang kebanyakan yang traveling dengan cara yang biasa.
Seperti ketika backpacking ke Wakatobi
beberapa waktu yang lalu, berinteraksi dengan warga lokal membuat perjalanan
menjadi lebih mudah, di Pulau Tomia saya sampai diajak menginap di rumahnya
oleh seorang guru hanya karena percakapan di dalam kapal.
![]() |
Menyusuri sungai dengan perahu (Photo courtesy of Withlocals) |
Di lain pulau, ketika naik ojek untuk menuju
penyeberangan ke Pulau Hoga, saya malah diajak ke desanya dan teman- temannya
pada ikutan mengantar ke pulau seberang, mereka membeli ikan dan makanan khas
lokal, kemudian membakarnya bersama-sama di pulau yang sepi.
Dalam merancang sebuah itenerary saya biasanya lebih mengandalkan rekomendasi orang
yang tiggal di tempat tersebut, bahkan bisa jadi saya hanya mengikuti saja
mereka menunjukan tempat terbaik di daerahnya. Menyantap kuliner khas lokal
bahkan ikut belajar memasak makanan tersebut merupakan pengalaman yang tak
terlupakan.
Namun keadaan di atas hanya berlaku apabila
kita berani nekad bespekulasi dengan segala kemungkin yang akan terjadi dan telah
mempunya kenalan di destinasi yang akan kita datangi.
Bagaimana dengan orang yang ingin merasakan
interaksi dengan warga lokal namun tidak mempunyai kenalan atau mempunyai waktu
yang sedikit? Baru-baru ini telah diluncurkan sebuah website yang bernama
withlocals.com untuk menjembatani para traveler dengan warga lokal, khususnya
di wilayah Asia.
Withlocals mempunyai konsep yang berbeda dari
yang selama ini ditawarkan oleh agen perjalanan biasa, biasanya kita datang ke
suatu tempat, naik bus, mengunjungi tempat wisata sambil mendengarkan
perjelasan dari tour guide.
Nah, yang saya suka dari Withlocals adalah
kita langsung saling berhubungan dengan warga lokal yang menawarkan pengalaman
yang berbeda seperti ikut memasak makanan khas daerah tersebut langsung di
dapurnya sendiri, atau kita ikut merasakan sendiri aktifitas yang biasa mereka
lakukan seperti memerah susu sapi, belajar seni bela diri, dan lain-lain.
Ada tiga macam pengalaman bersama pernduduk
lokal yang sediakan oleh Withlocal, yaitu Eat WithLocals, Tour WithLocals dan Activities WithLocals.
Tak ada cara yang lebih baik untuk merasakan cita
rasa makanan di tujuan kita selain ikut langsung memasak dan makan bersama
warga lokal, saya jadi teringat ketika tinggal di rumah warga di Raja Ampat, di
sana untuk pertama kalinya saya makan cumi-cumi yang langsung dimasak dengan
tintanya dan berhasil membuat saya ketagihan.
Makan dengan keluarga baru dengan suasana yang hangat membuatnya menjadi
pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup.
![]() |
Ukiran buah dari bali (Photo courtesy of Withlocals) |
Kalau menyusuri suatu tempat yang baru dengan
menggunakan dan menuruti yang ada dalam buku panduan, yang kita dapat tak lebih daripada yang
tertulis dengan buku tersebut, berbeda dengan orang lokal langsung yang
mengajak kita.
Kita akan diajak untuk ke tempat baru dan tersembunyi
yang hanya diketahui oleh warga lokal saja. Seperti yang ditawarkan salah satu
teman di Jogjakarta, dia mengajak pengguna Withlocals untuk mencoba jajanan
khas Jogjakarta yang mulai bermunculan setelah matahari tenggelam.
Dengan traveling, kita juga bisa memambah
pengetahuan kita sehingga jalan-jalan tidak sekedar untuk menghabiskan uang,
contohnya seperti ikut belajar membuat kesenian tradisional mengukir buah
langsung dengan seniman yang sudah ahli di Bali.
Saat ini Withlocals.com pertama kali meluncurkan programnya di
beberapa negara di Asia
Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Nepal, Sri Lanka, dan Vietnam. Namun kedepannya juga akan diluncurkan di negara Asia
lainnya.
Kalau saya
sih berharap segera dibuka di Korea, bukan karena ingin bertemu dengan
boybandnya tapi ingin langsung merasakan latihan langsung di tempat asalnya
beladiri yang selama ini saya tekuni, yaitu Taekwondo.
Happy Respobsible Travel!
sepertinya warna kulit kita sama... sama yang difoto. hehehe
BalasHapusasyik ya bang jalan2 sendiri.. sempet terpikir olehku.. tapi untuk saat ini belum bisa deh. aku masih butuh rame2 kalo jalan2. hehe
rame2 juga asik kok..hehe
HapusAyey! aku paling suka traveling dg konsep begini. Kalo di Indonsia sih sering, ke luar negeri blm pernah nginep di penduduk asli. kepingiinn jadinyaah... kalo ke korea sih nggak mau deh latihan tekondo, mending latihan ngedance.. ahaha
BalasHapusaku malah belum keluar negri kak..huhu...
HapusBisa berinteraksi langsung dengan masyarakat local ini nikmat nya sampai ke hati, bisa merasakan kehidupan sehari2 mereka membuat kita bisa belajar banyak dan tentu nya belajar untuk bersyukur :-)
BalasHapusBetul sekali..banyak banget pelajaran yang busa di ambil...
Hapussetuju mas bro.....bagi para backpacker or travelller wajib hukumnya bergaul dengan masyarakat Lokal. saat saya bergaul dengan mereka, saya bisa menggali informasi dari mereka, mempelajari kehidupan mereka. bahkan bisa jadi, kita bisa membantu apa yang kita bisa. timbal baliknya adalah mereka tak segan-segan membantu kita.
BalasHapusYup..sepakat..merek tuh bantu tanpa pamrih...
HapusInteraksi dengan orang lokal emang maut he he he. Setiap perjalanan saya pu saya selalu sempatkan untuk langsung berinteraksi dengan mereka, walaupun itu cuma percakapan lima menit dengan petani sekalipun. apalagi bisa nginep dengan mereka. BTW pengalaman kita sama. Ketagihan makan cumi yang dimasak dengan tintanya. saya pertama kali mencobanya di Paciran, Lamongan. Tentu di rumah orang lokal juga. Emang nyentuh ranah sosiologi kayak gini yang bikin kita ketagihan jalan jalan dan jalan terus. sampai nggak penting lagi destinasi populer atau enggak. yang penting meet the Locals :P kepanjangan yah? he he he terakhir, terilhami soe hok gie. Bangsa ini akan kuat ketika pemudanya masih suka naik gunung, ke desa-desa terpencil, meresapi senyum ramah petani, nelayan, dan kaum-kaum termarjinalkan selama ini. Merdeka bung!
BalasHapusMERDEKA.....haha..sama ketagihan ternyata..suka banget bung komentarnya..bisa dijadikan satu blogpost nih..hehehe
HapusBener banget!
BalasHapusJalan-jalan nggak cuma ngabisin duit, tapi harus ada pengalaman/cerita yang bisa kita bawa hingga ke liang kubur. Salah satu yg paling berkesan ya pastinya berbaur dengan budaya lokal.
Anyway withlocals nya bagus juga! Truly inspires!
"Leave nothing but footprints. Take nothing but pictures. Kill nothing but time"
yup..itulah salah satu kelebuhan gaya traveling kita terlepas apapun itu penyebutannya...
Hapusaku baca komen lagi, ngakak sendiri. ternyata masih mode formal. soalnya blogwalking sambil nulis juga, eh kebawa-bawa deh di komen wakwakwak. sekali lagi merdeka bung.#misi #numpang #lewat #lagi
BalasHapusSekali Medeka tetap merdeka Bung...hahaha..tapi suka deh klo ada yg komen kayak gitu..hehe..
HapusKonsep travelling mirip couchsurfing tapi ini lebih aman dan terjamin.
BalasHapusPenduduk lokal yang sebagai host sudah terdaftar secara resmi jadi tidak perlu takut masalah keamanan.
Saya mau jadi host dari makassar, temani makan kuliner khas makassar tak perlu diberi imbalan cukup ditraktir makan saja. hehehe
Iya kurang lebih..tapi ini berbayar, jadinya lebih aman...asyiiiik...ntar ke Mkassar lagi ah..
HapusBerinteraksi dengan warga lokal itu yang saya tunggu-tunggu. Dengan interaksi itu saya jadi bisa melihat dan mendengar potensi tempat yang saya kunjungi. Wah suka sekali dengan ceritanya Mas.. :)
BalasHapusbener banget..setidaknya kita bisa dapatt pelajaran dari perjlanan tersebut..
Hapuskonsep withlocals memang unik dan baru didunia industri pariwisata..
BalasHapussayapun sudah mencobanya.. konsep menarik untuk bisa lebih mengenal suatu daerah dan tempat bersama orang lokal..
bisa mampir di sini http://www.shu-travelographer.com/2014/01/temukan-pengalaman-unik-dan-berkesan.html
langsung mampir ke TKP bro..
HapusOooh ternyata buzzer toh ahaha,,, soalnya kemarin juga ada postingan beginian :p
BalasHapusDan ternyata bayar yak :p kayak saya dong selalu gratis walau with local hahahahha... di korea pun gratis nginep di orang lokal ^_^
hohoo..lumayan buat beli beras kak...
HapusIni beda konsep..Kalau pake CS sih gak pake bayar...gratis terus....hehe
Waahhh... harus nyontoh mas Alid nih klo ke korea. Rata2 mereka bisa bahasa inggris yo mas :)
HapusTanpa interaksi dengan orang lokal, perjalanan jadi terasa garing. Tulisan pun hambar ya kakak :)
BalasHapussepakat kakak..
HapusTernyata ini postingan berbayar toh, pantesan dari kemarin cukup sering lihat berkeliaran di blog-blog travel di Indonesia
BalasHapushehe...lagi ngetrend kayaknya..
HapusEmang bener kak, bepergian sama orang lokal emang ga ada habisnya
BalasHapusMost of the great secret destinations you read on guidebooks aren't secret to the locals.
Qoute y keren nih..hehe
Hapussalam kenal
BalasHapuskunjungi blog kami :)
Salam kenal juga...
Hapusmantap deh. Seandainya ada waktu luang setaon, saya kepengen keliling-keliling juga untuk liburan ke seluruh Indonesia. semoga terwujud deh.. hooh
BalasHapuswithlocal memang sangat keren karena prinsipnya lokal lebih tau dengan daerah dan segala sesuatunya daripada yang non lokal. kadang yang non lokal hanya mengetahui suatu tempat dari baca buku atau majalah, namun lokal tentunya jauh lebih tau.
BalasHapusbisa mampir kesini juga www.balitrekkingtrip.com
Aku pernah sekali traveling tinggal di rumah warga lokal, sebenernya aku seneng banget Bang cuma aku orangnya awkward banget dan gak jago sosialisasi... padahal sebenernya suka banget...
BalasHapus