Rumah Betang tampak dari depan |
Ada sebuah Rumah Betang yang selalu saya lewati ketika (dulu)
berangkat kerja, Rumah Betang ini terletak persis di tepi jalan, Tepatnya di desa Tahujan UntU yang hanya berjarak
sekitar 5 kilometer dari kota Puruk Cahu.
Rumah Betang ini bukanlah rumah asli khas Suku Dayak yang sudah
didiami selama ratusan tahun, tapi hanyalah sebuah replika yang dibangun
sebagai pelestarian adat dan budaya Suku Dayak. Walaupun tidak di tempati,
rumah betang ini dipakai ketika ada upacara adat Dayak Siang oleh keluarga yang
mengadakan hajatan seperti Wara .
Rumah Betang ini dibangun dengan kayu Ulin, kayu terkeras di
dunia. Dari bagian tiang, lantai,
dinding sampai atap berbahan dasar dari kayu Ulin, kayu yang semakin langka ini
diperoleh dari pedalaman hutan Kalimantan.
Fokus ke bunga dari pada Rumah Betangnya :-) |
Rumah Betang umumnya berbentuk persegi panjang. Tiang yang
menyangga bangunan tinggi hingga bagian bawah rumah bisa digunakan untuk
berbagai aktifitas sehari-hari oleh warga Dayak yang mendiamin rumah tersebut.
Dengan bentuknya yang tinggi, hanya ada satu tangga untuk masuk ke
rumah ini, itupun terbuat dari kayu bulat yang dipahat dan dibentuk untuk
dijadikan pijakan kaki, konon dibuat seperti ini agar mudah diangkat sehingga
musuh yang menyerang tidak bisa masuk rumah ataupun mengindari binatang buas.
Tangga masuk ke Rumah Betang |
Di bagian dalam rumah |
Di bagian dalam Rumah Betang ini sudah ada kamar-kamar dengan
pintunya yang berhiaskan ukiran khas Dayak. Sementara di bagian depan rumah
tampak sebuah bangunan kecil yang berbentuk kotak seperti rumah, namanya
Sandung. Wadah ini dahulu digunakan sebagai tempat untuk meletakan tulang
belulang para leluhur yang telah meninggal dunia.
Di samping rumah, kita bisa menemukan tiang Pantar yang juga dari
kayu ulin, di bagian atasnya kita bisa melihat berbagai bentuk macam ukiran,
tiang-tiang ini biasanya dibangun ketika ada keluarga yang meninggal dan
dipercaya sebagai jalan bagi roh untuk pulang menuju Nirwana.
Ada lagi yang namanya Tiang Sapundu, tiang ini rendah namun lebih besar
dari tiang Pantar, ukirannya juga lebih bervariasi, ada yang berbentuk naga,
ular, burung, belanga hingga manusia. Tiang ini digunakan untuk mengikat hewan
yang akan dikorbankan ketika acara adat, di sinilah hewan seperti kerbau
tersebut di ikat kemudian di bunuh beramai-ramai dengan menggunakan tombak.
Sebenarnya masih ada 3 Rumah Betang yang masih di huni hingga
sekarang di Kabupaten Murung Raya, namun saya hanya pernah berkunjung ke salah
satunya yang berada dsi Desa Konut, sekitar 20 km dari Kota Puruk Cahu.
Bagaimana dengan sobat Backpacker Borneo, sudah pernah mengunjungi Rumah Betang?
Happy Responsibe Travel!
Bangunan lama tapi tetap kuat karena terbuat dari kayu ulin, sangat beda dengan rumah sekarang cepat rapuh.
BalasHapusbener banget..tapi ulin mahalnya bukan main sekarang...
HapusWah kelihatannya luas juga tuh... tangganya tradisional banget.. keren.. keep promotion indonesia bro...
BalasHapusSiap bro...
Hapusgambarnya keren keren.... itu dari kayu semua ya... mantap
BalasHapusIya semau terbuat dari kayu..makasih udah mampir...
HapusBagaimana, sudah mengunjungi rumah bentang?
BalasHapussaya jawab, pingiiiinnnnnnnn *lalu ngiler*
Main ke TMII dulu deh klo gitu kak..hehe
Hapuswah desainnya cocok banget tuh buat daerah banjir..
BalasHapusIya itu emang salah satu fungsinya juga...
HapusTMII punya replika rumah daerah tiap provinsi.
BalasHapusMakassar juga punya Benteng Somba Opu, yang semua rumah adat tiap kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan ada di Benteng Somba Opu.
Apakah di Banjarmasin ada seperti itu juga?
Iya harusnya sih semua ada di TMII, tapi aku belum pernah ke sana..haha...kalau Banjarmasin buka Rumah Betang, tapi Rumah adatnya Bumbungan Tinggi..
Hapuskak Indra ini baguuussss, mesti dimasukkan list ini buat perjalananku. masih ada banyakkah rumah Betang di sana??
BalasHapusAyo kak ke sini..dekat rumah kok...iya masih ada juga yang ditinggali sama penduduknya...di Kalbar ada yang bagus...
HapusOrang Jakarta sebaiknya bikin rumah seperti ini aja, biar ga tenggelam pas ada banjir datang :D
BalasHapustapi gak ada kayu ulin kayaknya di sana..hehe..
HapusDulu pernah tinggal di Kalteng, tp blm pernah brkunjung k rmh betang...payah! Kpn ya, bs maen ksana lg...?
BalasHapushoho...berarti itu biar balik lagi ke sini..
Hapussuka ma konsep tangga rumah betang ini...boleh ditiru untuk rumahnya sering kemalingan or kebanjiran hahaha...bukankah begitu mas?hehehe
BalasHapusbetul banget mas..tinggal diangkat tangganya..hehe
HapusFungsi tangga dari kayu bulatnya inspirasi banget buat bikin serupa untuk rumah masa depan #uhuk hehehe
BalasHapusReplika ini bentuknya lebih kecil atau sesuai dengan aslinya bro?
Cieee....yang udah punya rencana rumah masa depan..
HapusIni lebih kecil dari aslinya...
salah satu kekayaan budaya indonesia yang harus tetap dijaga dan dilestarikan
BalasHapusyup...jangan sampai punah..makin sedikit yang mau tinggal bersama di rumah betang...
HapusSuka banget ama foto rumah menjelang senja ... CAKEP :-)
BalasHapusMai ikut tinggal di sini?
HapusAku terpesona dengan rumah betang sejak membaca novelnya mbak Shabrina, dari novel itu aku membayang-bayangkan saja, sekarang sudah paham bagaimana bentuknya, juga bagian-bagian rumahnya.
BalasHapusayu ke kalimantan bisar bisa liat aslinya..
Hapuspenasaran rasanya tidur di rumah betang, tapi yang asli dihuni suku dayak, jadi bisa sekalian membaur.
BalasHapusayu kak..di sini juga ada yg masih di huni..
HapusWahh.... sudah lupa berapa kali lewat disitu. Kadang sempet-sempetin neduh kalo hari lagi hujan. Dua tahun yang berkesan di Murung Raya...
BalasHapusSalam
ayo balik lagi ke murung raya...
Hapus